Kamis, 26 Maret 2009

Sepi

Sepi menyelusup relung kalbu
Sendiri di tengah keramaian
Tak ada yang benar-benar singgah
Kepenuhan diri terasa maya
Aku sebenarnya pincang

Lengang lengang lengang
Walau asa masih meletup-letup
Kendali pun lepas
Tuk gapai kepenuhan
Namun semu yang kudapat

Sepi..........
Hembusan angin coba sejukkan hati
Menemaniku untuk tersenyum dan tak teriris
Sendiri, menuju asa dan jalani ketidakpastian
Untuk mengisi relung yang disediakan alam raya

Aku terjerambab dalam angan, mimpi dan mengindera sinyal sinyal kehidupan
Kosong
Hanya sapuan angin yang terasa
Ah....aku terbang
Dalam kosong
Ringan
Tak ada ujung
Melayang tak pasti
Tersadar akan kehidupan
Misteri terdalam

Pedati, 26 Maret 2009

Sabtu, 07 Maret 2009

Cinta yang Tak Kumengerti

Kurasakan sebuah gerak
Ia tidak terindra
Ia hanya dapat dirasa
Ia membawaku pada energi surgawi
Hembusannya mampu melingkupi dalam getar
Lembut dan nyaman
Tak ada lagi kekosongan dalam jiwa
Hati berkelana, menerawang tuk sampaikan rindu kala lama tak bersua

Gerak itu kadang mewujud
Tatapan, belaian, ciuman, pelukan
Dan getar pun kian merapat, pancarkan pijar dari lubuk terdalam

Aku melayang
Dihembus gerak, dibungkus getar dan pancarkan pijar
Cinta, ya, itulah rasa yang merasukiku
Rasa yang tak kumengerti namun kukenali dan telah membawaku pada pembebasan diri
Rasa itu tumbuh seiring kehadirannya
Seorang anak Adam yang tebarkan cinta
Dan kusambut dia dengan suka cita yang entah sampai kapan akan bergelora

Otista III, 7 Maret 2009

Surat Sahabat

Surat dari sahabat nun jauh di sana membuat hatiku sejuk
Ia menyentuhku dengan cinta dalam nyata
Goresan tangannya membuat hatiku dekat dan sadar akan jauhnya jarak
Kesadaran akan jarak membuatku tercerap dalam suasana yang ganjil namun menyenangkan
Serasa ada energi yang menghubungkan kami setelah sekian lama kerontang karena dunia cyber yang tak berbatas
Ungkapan rindu darinya membuatku merasa ada dan bermakna
Lamunanku pun berkelana ke Cairns
Kapan ya kami dapat bertemu di sana?

Bidakara, 4 Maret 2009

Dunia Laki-Laki di Hotel Hermes

Mobil-mobil halus berwarna hitam datang dan pergi di gerbang hotel Hermes
Lelaki-lelaki yang kebanyakan berjas hitam susul-menyusul menuruni mobil
Sepatu mengkilap dan telepon genggam besar seakan menjadi iconnya

Aku mengamati dari dekat, berdiri di keteduhan pohon yang mulai meranggas bersama seorang teman berdarah Italia
Kami tengah menunggu jemputan yang tak kunjung datang karena jalan umum dialihkan untuk memberi kelancaran mereka yang bermobil hitam
Kudengar sayup-sayup percakapan dua lelaki di belakang sebuah mobil
Katanya pak Presiden mengundang para petinggi untuk bersua di hotel Hermes pagi ini

Mobil-mobil hitam kian hilir mudik datang dan pergi
Lelaki-lelaki berbaju hitam kian cepat jalannya, terburu-buru tepatnya
Namun ada yang ganjil, tak satupun tampak perempuan
Suasana sangat laki-laki

Aku merasa di dunia antah berantah
Negeri Samudra Pasai yang lekat dengan Cut Nya’ Dien dan para perempuan pemberani, inong bale, terasa lain wajahnya
Jejak para perempuan itu seperti hilang ditelan bumi
Tertutup oleh mereka para pemimpin laki-laki

Hotel Hermes, 24 Februari 2009