Senin, 05 Januari 2009

Tercerap Bayangan Romantisme Ambon

Tak pernah terlintas di benakku menginjakkan kaki di Ambon
Sebuah pulau kecil bagian dari kepulauan Maluku yang sejak dulu telah dikenal dunia karena rempahnya
Pulau yang terkenal dengan keindahan alamnya
Pulau yang terkenal dengan penyanyi-penyanyi bersuara merdu
Namun juga pulau yang pernah bersimbah darah karena perang saudara karena perbedaan agama

Roda pesawat Wings Air yang kutumpangi mulai menyentuh tanah beraspal bandara Pattimura
Segera terlintas di benakku pemandangan masa silam, lalu lalang kapal-kapal berbendera Portugis berseliweran di pelabuhan
Sepertinya romantis, pikirku
Ditambah lagi orang-orang berkulit putih, berjas putih dan bertopi putih berkeliling pulau naik kuda, wah waktu itu pakai kuda atau bendi ya?
Para pekerja perempuan memetik buah pala, merica dan cengkeh
Mereka pasti berwajah hitam manis rupawan, khas perempuan Maluku
Ah.....kenapa tak terlintas bayangan kelam konflik berdarah satu dekade lalu dan masih bersisa sampai sekarang ya?
Aneh, mungkin aku pecinta romantisme masa lalu
Hingga sejarah romantis saja yang ingin kucari dan cerap di setiap sudut tanah yang kuinjak di kepulauan nusa antara ini.

Ketika kakiku menapak di tanah bandara Pattimura
Aku disambut pemandangan pegunungan dan kabut tipis
Begitu bersih dan sangat berbeda dengan udara Jakarta yang pengap dan kotor
Segera terlihat wajah-wajah khas Maluku
Ada perasaan berbeda ketika kusapu orang-orang yang menunggu penumpang di balik kaca pengambilan bagasi pesawat
Ah, aku tengah berada di sebuah masyarakat yang lain
Sesuatu yang sering kurindukan, berada di sebuah komunitas yang berbeda dan dengan budaya yang berbeda
Sesuatu yang membuatku selalu ingin tahu kebiasaan mereka, cara berpikir mereka, kearifan budaya mereka dan tentu saja eksotisme alam dan wajah-wajah khasnya

Seorang teman datang menjemput
Sebuah mobil Avansa mengantarkan kami menuju kota tempat aku menginap
Mobil bergerak dengan kecepatan sedang, menyusuri jalan mulus memutari teluk Ambon yang berkelok – kelok
Di sepanjang kiri jalan, masih banyak bekas-bekas rumah terbakar yang mulai ditumbuhi semak belukar
Tak berani kubayangkan kekerasan masa silam
Kutepis jauh-jauh bayangan itu
Secepat kilat, kutata hati dan pikiranku untuk tidak mengarah kepada bayangan mengerikan konflik berdarah itu
Kutata diriku untuk memasuki eksotisme Ambon di antara kesibukan kerja yang akan kulakukan
Dan benar, aku berhasil mengendalikan diriku
Kunikmati kembali keindahan alam teluk dan daratan pegunungan memanjang di seberang sana
Hmmmm.........indah

Ambon, 9 Desember 2008

Tidak ada komentar: