Senin, 05 Januari 2009

Kenangan di Ambon

Hampir dua minggu kuhirup udara Ambon
Kutelah telusuri pasar kumuh, gang-gang senggol, aroma merica tumbuk, perbukitan nan menawam, geraja tua buatan Portugis dengan jendela gaya aldeko di pucuk bukit desa Soya, wine pala yang menghangatkan badan di cafe Sibu-Sibu, ikan dan cumi bakar lezat di warung Sari Rasa samping cafe Tasdouv, ikan cakalang asap di sepanjang jalan Galala depan makam Victoria –makam prajurit perang Dunia II yang sangat terawat karena didanai langsung oleh Australia-, pantai pasir putih nan jernih di Natsepa, melintasi teluk Ambon dengan perahu dayung, sungai air panas tanpa bau belerang di tengah pepohonan sagu yang begitu nikmat di Tulehu dan terakhir hamparan pemandangan menawan pulau dan teluk Ambon dari ketinggian bukit depan patung Pahlawan perempuan Maluku Martha Christina Tiahahu.
Semua tempat itu kulalui dan nikmati di sela-sela kesibukan kerja yang mengharuskanku menelusuri Ambon
Beban kerja yang berat dengan jadwal yang begitu padat tak menyurutkan semangatku
Hujan pun kuterjang demi menemui beberapa orang
Aku puas, atas hasil kerjaku maupun kelana menyusuri kota Ambon

Ambon, aku ingin kembali lagi
Aku masih ingin menikmati pulau Pombo dan menyeberang ke Banda Neira
Aku ingin berendam di sungai air panas di Tulehu lebih lama sambil menyeruput kopi pahit yang begitu nikmat
Aku ingin melihat perkebunan rempah yang terkenal itu
Aku ingin melihat lebih banyak lagi perempuan-perempuan hitam manis berwajah khas Ambon yang begitu menawan, mereka sangat eksotis dan alami

Ah, pengalaman kerja berat itu begitu menyenangkan
Hatiku yang kerontang pun kembali sejuk dan menggerakkan jemariku untuk kembali menulis

Ambon, 19 Desember 2009

Tidak ada komentar: