Selasa, 25 November 2008

Lolos dari Maut

Lemas kuterduduk di atas sajadah
Kuucap beribu syukur pada Tuhan
Sahabat indahku masih dalam rengkuhan kasihnya, untuk dapat hidup dan berkarya lebih besar lagi bagi saudara-saudaraku yang tertindas
Namun pelor itu tetap mengancamnya setiap saat
Entah sudah berapa hari dia selalu terjaga
Cintanya pada yang tertindas,
idealismenya untuk memenuhi panggilan nurani begitu kuat
Dia memilih bersama rakyat yang malang dan mencekam di bawah ancaman bedhil sang penguasa
Sebuah praksis tanpa banyak kata
Mungkin dia, kawan-kawan seperjuangannya dan para petani tertindas itulah yang akan mendidik para penguasa dan intelektual bangsa ini, Yang sering lupa untuk menjalankan mandat rakyat dan kewajiban moralnya

Jakarta, 24 Juli 2003

Tidak ada komentar: