Hamparan sawah hijau membentang di depan mata
Semilir angin menghembuskan udara desa yang segar
Sesekali terdengar suara burung di pucuk pohon kepundung di samping rumah
Begitu lengang, damai dan sederhana
Lima belas tahun sudah kutinggalkan desa ini
Semua sudut hampir tak berubah
Seluruh warga desa telah bangkit
Kemiskinan tak lagi melilit seperti masa lalu
Ketika kami harus menanam tebu tanpa imbalan layak
Ketika kami harus menjadi buruh di lahan sendiri
Ketika kami harus mengais hasil bumi dari kebun untuk sekedar bisa makan 3 kali sehari
Ketika kami harus menjemur gaplek untuk persiapan paceklik
Ketika kami harus berlomba dengan hujan untuk menjemur sampah daun bahan bakar membuat gula merah
Ketika Bapak harus memanjat 13 pohon kelapa tiap subuh dan maghrib untuk memperoleh air nira
Ketika ibu dan bibiku harus menjadi buruh penumbuk padi untuk 3 cangkir beras tumbuk
Ketika aku, kakak dan bapakku harus memancing ikan di sawah di bawah terik matahari dan nyuluh ikan di sepanjang parit sawah ketika malam tiba, untuk memperoleh cukup lauk yang bergizi
Ketika kami harus berjalan tanpa alas kaki ke pasar Ngagrong, melintasi lautan pasir muntahan Merapi, membawa tikar hasil anyaman ibu, dan pulang membawa sekantong kerupuk dan cethithet
Ketika aku selalu berjalan di belakang ibu, tanpa alas kaki, baju sederhana yang sedikit lusuh, memegangi kain ibuku yang berparas jelita dan penuh perjuangan hidup
Ketika aku begitu bahagia menikmati alam, bermain layangan di jalan berumput tebal, naik kerbau di senja hari, mengais ikan di sungai kering kala kemarau tiba, menembus kabut tebal di pagi hari dalam perjalanan ke sekolah, menunggu lebaran dengan baju baru hasil jahitan ibuku
Ah……..semuanya begitu sederhana, bergulir setapak demi setapak, melintasi waktu
Evolusi kehidupan pun berjalan
Dan kini kuhidup di sebuah dunia maya bagi banyak orang, namun nyata bagi sebuah sistem besar yang menindas
Sebuah dunia ide, filsafati dan mimpi, yang kucoba terjemahkan untuk membuatnya terjamah dan menyentuh kehidupan duniawi untuk alasan surgawi dalam keduniaan dan setelah kematian menjemput
Granting, 1 November 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar