Selasa, 25 November 2008

Sahabatku dan Hujan Peluru

Tubuhku bergetar menerima beruntun SMS dari sahabat indahku
Ku tak sanggup berkata-kata mendengar permata yang penuh semangat tertembak peluru penguasa
Kubayangkan orang-orang berbaju coklat dan loreng itu memblokade desa yang begitu tenang namun menyimpan semangat perjuangan
Kubayangkan tubuh-tubuh tua, kecil, rapuh dan sahabat indahku berlari di antara hujan peluru dan intaian mata-mata bengis haus darah
Kutahu kepedihan dan kesakitannya

Terngiang di telingaku perkataan perpisahan kami dulu,"Tuti, aku telah memilih jalan hidupku untuk gerakan rakyat."
Menetes air mataku mengingatnya
Namun kumasih gembira ketika nyawanya tidak diambil oleh kekasih abadinya
Dia selamat...alhammdulillah

Jakarta, 23 Juli 2003

Tidak ada komentar: