Rabu, 24 September 2008

MELINTAS BATAS RUANG

Kususuri sebagian kecil belantara Jakarta untuk memperdagangkan sebuah ide
Kutemui ruang-ruang yang penuh dengan aneka pemikiran
Ada yang asal berpendapat, ada juga yang begitu keras pada keyakinannya
Semuanya membentuk ruang tersendiri yang kadangkala diwadahi dalam ruang fisik tumpang tindih

Kukulum senyum dan kunikmati gesekan antar ruang pemikiran yang membuatku dinamis
Kadangkala aku lelah menyusuri aneka ruang itu
Namun kebodohan dan keingintahuanku membawaku mencebur lebih jauh
Kucoba menarik diri dari peta aneka ruang itu
Klaim kebenaran ada di mana-mana
Seringkali diikuti oleh polah angkuh dan congkak dengan menghujat pandangan ruang lain atau lebih parah lagi pada individunya
Ah…..untuk ke sekian kalinya aku kecewa
Ternyata ruang-ruang komunitas maupun individu yang katanya pembawa warna wajah kebudayaan adi luhung pun menyimpan kedengkian
Sebuah kekerasan gesekan antar pemikiran begitu jelas melintas batas ruang
Sepertinya, semakin tahu lebih banyak, semakin tinggi dinding yang diciptakan untuk bisa sekedar berbagi dengan ikhlas dengan yang lain
Sebuah kecongkakan muncul sebagai perwujudan krisis identitas yang tak disadari

Kembali kukulum senyum, termasuk senyum untuk diriku sendiri
Hujatan dan sindiran sinis kerap kali mampir di telingaku
Kucoba ikhlas menerimanya
Semakin aku disudutkan dan dipandang kecil semakin aku menjadi kuat dan percaya diri
Kucoba pula serap kecerdasan para dewa yang kadang merasa telah berbuat banyak dan paling benar Sekali lagi aku tersenyum untuk diriku
Ah…..seringkali akupun bertingkah seperti mereka

Tiba-tiba kuingat ayahku
Dengan sindiran sinislah ia mendidikku untuk menjadi bebas
Sekarang kutuai pelajaran yang tak pernah ia ungkapkan maksudnya
Mungkin dia juga tidak sadar, kalau caranya itu sebenarnya mempersiapkanku menghadapi dunia nyata

Kebenaran, sebuah rahasia yang tak kumengerti
Kebenaran bagiku adalah ungkapan cinta kasih
Kebenaran bagiku adalah pengorbanan dan kerelaan untuk berbagi dengan yang lain
Kebenaran bagiku adalah suara nurani dalam bisikan kasih abadi dari Sang Suci
Dan kini, kuputuskan untuk mencoba melintas batas ruang tuk melihat berbagai klaim kebenaran
Tuk mencari dan menikmati kebenaran hakiki yang ilahiah
Aku percaya, kebenaran akan miskin makna ketika hanya dalam dialektika pikiran
Kebenaran haruslah dibawa dalam praksis untuk menguji kesuciannya
Dia ada karena dia adalah pesona rahasia

Jakarta, 5 Oktober 2004

Tidak ada komentar: